Jumat, 25 Januari 2013

Jurnal Ilmiah Metode Riset 2

Nama  : Sonia Maria Fransiska
Kelas  : 3ea18
NPM  : 16210647



PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MALANG
 
TEMA          : KEPUASAN KONSUMEN
 
JUDUL         : PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MALANG
 
OLEH           : AHMAD KHOIRON , 2010

A. Latar belakang Masalah
Kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan berkaitan erat. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan. Ikatan seperti ini dalam jangka panjang memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka, dengan demikian perusahaan tersebut dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan.


B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan secara simultan antara kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel buktilangsung, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati terhadap kepuasan nasabah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang


C. Metodologi
Analisis regresi parsial
Y = a + bX
Dimana : 
Y : Variabel dependen 
X : Variabel yang nilainya tertentu
a : Konstanta
b : Koefisien regresi


D. Hasil dan Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah dapat ditarik kesimpulan adalah Variabel kualitas pelayanan jasa meliputi tangibels, reliability,responsiveness,assurance dan empathy berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap kepuasan nasabah PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang


E. saran dan usulan lanjutan
Bagi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang, dianjurkan untuk terus menjaga dan mempertahankan variabel keandalan. Dan meningkatkan variabel-variabel yang belum dominan, khususnya variabel responsiveness.

jurnal ilmiah metode riset 1

Nama  : Sonia Maria Fransiska
Kelas  : 3ea18
NPM  : 16210647
 
 
Jurnal Ilmiah Metode Riset : 
 
ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI
PEMASARAN PERUSAHAAN PERCETAKAN DAN PENERBITAN PT. RAMBANG
DENGAN MENGGUNAKAN METODE EPIC MODEL
1.1.            Latar Belakang Masalah
                                      
Periklanan mendapat sorotan tajam semenjak aspek informasi menjadi bagian penting
dalam bisnis, kegiatan periklanan yang efektif dipandang mampu mempengaruhi
kecendrungan mengkonsumsi dalam masyarakat.
Periklanan yang efektif akan mengubah
pengetahuan publik mengenai ketersediaan dan karakteristik beberapa produk, elastisitas
permintaan produk akan sangat dipengaruhi aktivitas periklanan. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa anggaran iklan berpengaruh positif terhadap penjualan dan market share,
sebaliknya peningkatan anggaran iklan pesaing berpengaruh negatif terhadap tingkat
penjualan dan market share pesaingnya Darmadi Durianto,(2003). Dampak iklan ternyata
bervariasi tergantung efektivitasnya, dengan demikian anggaran iklan yang lebih besar tidak
selalu mampu mengubah penjualan dan market share dalam tataran yang lebih besar pula.
Aktivitas periklanan berkorelasi erat dengan biaya, dan biaya yang besar diperlukan untuk
beriklan dalam hal ini PT. Rambang mengeluarkan belanja iklan rata-rata 200 juta rupiah per
tahun dengan omzet penjualan rata-rata 16 milyar rupiah per tahun, maka dari itu efektivitas
periklanan memperoleh perhatian yang serius, strategi dan program yang handal diperlukan
untuk mencapai dampak iklan yang diinginkan, terlebih lagi diperlukan pula teknik
pengukuran untuk memantau efektivitas iklan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat diketahui bahwa strategi iklan yang tepat
sangatlah diperlukan perusahaan agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan lancar, oleh
karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap strategi promosi dalam hal ini
iklan yang sudah dilakukan oleh Perusahaan percetakan dan penerbitan PT Rambang, yang
diharapkan akan mampu mengatasi kurang optimalnya periklanan yang dilakukan Perusahaan ini.
 
1.2. Perumusan Masalah
Apakah iklan yang digunakan oleh perusahaan percetakan dan penerbitan PT Rambang
sudah cukup efektif dipandang dari tingkat empathy (empati), persuasion (persuasi), impact
(dampak) serta communication (komunikasi) di masyarakat ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas iklan
yang sudah digunakan oleh PT Rambang sebagai salah satu strategi pemasaran yang sudah
dilakukan.
 
2.1 Landasan Teori
Pengertian iklan secara komprehensif adalah “semua bentuk aktivitas untuk
menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar
oleh sponsor tertentu. Caples, Jhon, (1997) menyatakan bahwa periklanan adalah segala
bentuk penyajian non personal, promosi dan ide, barang ataupun jasa oleh sponsor tertentu
yang memerlukan pembayaran. Sedangkan menurut Darmadi Durianto (2003) periklanan
merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang
untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan.
Periklanan merupakan satu dari empat alat penting yang digunakan oleh perusahaan
untuk memperlancar komunikasi persuasif terhadap pembelian dan masyarakat yang
ditargetkan. Kemudian juga definisi iklan dan periklanan yang dipopulerkan oleh AMA
(American Marketing Association) adalah iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk
mengimplementasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara non personal oleh
sponsor yang jelas, sedangkan periklanan adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan,
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan iklan (Fandy Tjiptono, 1997:229).
Iklan ini juga merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PT.Rambang dalam
rangka memasarkan produk-produknya. Adapun defenisi dari Iklan menurut Batra, Rajeev,
Jhon.G Myers, and David A. Aaker. (1996) adalah “Penyampaian informasi dari penjual
kepada pembeli untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku”.
Iklan merupakan bagian dari komunikasi yang terdiri dari berbagai kegiatan untuk
memberikan informasi dari komunikasi kepada pasar sasaran akan adanya suatu produk baik
berupa barang, jasa dan ide. Berhasil tidaknya Iklan yang dilakukan tergantung dari media
mana yang digunakan untuk mencapai sasaran, oleh karenanya masalah pemilihan media iklan
tidak hanya didasarkan pada perkiraan saja, melainkan harus diperhatikan sifat-sifat iklan dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kegiatan iklan yang dilakukan.
Menurut Tjiptono (1997:240) faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih
media iklan adalah :
a. Dana yang digunakan untuk iklan
Jumlah dana tersedia merupakan faktoir penting yang mempengaruhi bauran iklan,
perusahaan yang memiliki dana yang lebih besar kegiatan iklannya akan lebih efektif
dibanding dengan perusahaan yang memiliki dana yang terbatas.
 b. Sifat Pasar 
Beberapa sifat pasar yang mempengaruhi sifat bauran ini meliputi : luas pasar secara
geografis, konsentrasi pasar, macam pembeli.
c. Jenis Produk
Strategi iklan yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi juga oleh jenis produksinya,
apakah barang konsumsi atau barang industri.
d. Tahap-Tahap Dalam Siklus Kehidupan Barang
Strategi yang diambil untuk mengiklankan barang dipengaruhi oleh tahap-tahap siklus
kehidupan barang yaitu tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan tahap kejenuhan.
 
Efektifitas Periklanan
a. Efektifitas merupakan suatu pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya, maka efektifitas dapat didefinisikan dengan melakukan pekerjaan
yang benar. ( Drucker dan Al Fansusu, 1989:14 )
b. Menurut Fredy Rangkuty (1997:136) efektifitas iklan adalah pengukuran iklan dalam arti
tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya
 
Efektifitas Iklan diukur dengan Metode Epic Model
Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan Epic model, Darmadi Durianto
(2003). Epic model yang dikembangkan oleh AC Nielsen, salah satu perusahaan peneliti
pemasaran terkemuka di dunia, Epic Model dan mencakup empat dimensi kritis yaitu empati,
persuasi, dampak dan komunikasi (Empathy, Persuasion, Impact and communications – EPIC)
berikut akan dipaparkan dimensi – dimensi dalam Epic model.
A. Dimensi Empati
Dimensi empati memberikan informasi yang berharga tentang daya tarik suatu merek.
Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya atau
merasa dirinya pada keadaan perasaan atau fikiran yang sama dengan orang atau kelompok
lain, Kamus besar bahasa Indonesia, (1988:228).
Empati melibatkan afeksi dan kognisi konsumen, menurut J.Paul Peter dan Jerry C
Olson (1999), afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang
dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Dalam
bahasa yang lebih sederhana, afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan
pemikiran, variasi tanggapan afektif dapat berupa penilaian positif, negatif, menyenangkan
atau tidak menyenangkan, dan konsumen dapat merasakan empat jenis tanggapan afektif yaitu
emosi, perasaan khusus, suasana hati dan evaluasi yang berbeda dalam tingkat intensitas dan
daya improvisasinya.
B. Dimensi Persuasi
Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk
peningkatan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasang iklan memperoleh
pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta
memperoleh kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek.
Persuasi (persuasion) adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku
yang disebabkan satu komunikasi promosi. Komunikasi promosi, seperti periklanan, yang
dapat mempengaruhi konsumen dapat menggunakan dua proses kognitif, yaitu : “jalur sentral”
dan “Jalur periferal” menuju persuasi. Proses persuasi yang akan dipakai ditentukan dengan
tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk . (Peter dan Olson 1996).
 
C. Dimensi Impact
Dimensi Impact menunjukkan, apakah suatu merek dapat terlihat menonjol
dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah suatu iklan mampu melibatkan
konsumen dalam pesan yang di sampaikan. Dampak (impact) yang diinginkan dari hasil iklan
adalah jumlah pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen melalui
tingkat keterlibatan (involvement) konsumen dengan produk dan atau proses pemilihan.
Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk (levels of product knowledge) yang berbedabeda,
yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan
pembelian. Konsumen dapat memiliki empat tingkat pengetahuan produk, yaitu : kelas
produk, bentuk produk, merek, dan model, setiap tingkat pengetahuan suatu produk PT Rambang .
Selain itu konsumen juga dapat memiliki tiga jenis pengetahuan produk, yaitu
pengetahuan tentang ciri atau karakter produk, konsekuensi atau manfaat positif menggunakan
produk, dan nilai yang akan dipuaskan atau dicapai suatu produk. Keterlibataan (involvement)
mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi personal suatu objek,
kejadian, atau aktifitas. Konsumen yang melihat bahwa suatu produk memiliki konsekuensi
yang relevan secara pribadi, maka konsumen dikatakan terlibat dengan produk tersebut dan
memiliki hubungan dengan produk tersebut. Konsekuensi dengan suatu produk atau suatu
merek memiliki aspek kognitif maupun pengaruh. Secara kognitif, yang termasuk dalam
keterlibatan adalah pengaruh, seperti evaluasi prodduk. Jika keterlibatan suatu produk tinggi,
maka orang akan mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat, seperti emosi dan perasaan
yang kuat. Keterlibatan dapat berkisar dari tingkat yang rendah – sedikit atau tidak ada
relevansinya – ketingkat yang moderat – ada relevansi yang dirasakan – hingga ke tingkat
yang tinggi – relevansinya sangat dirasakan. Keterlibatan adalah status motivasi yang
menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka
membuat keputusan.
 
D. Dimensi Komunikasi
Dimensi komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam
mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang
ditinggalkan pesan tersebut. Perspektif pemrosesan kognitif adalah inti untuk mengembangkan
strategi pemasaran yang berhasil yang merupakan permasalahan komunikasi.
Proses dimulai ketika sumber komunikasi promosi menentukan informasi apa yang
harus dikomunikasikan, kemudian meng-enkoding pesan tersebut dalam bentuk simbol-simbol
yang paling tepat (menggunakan kata, gambar, atau tindakan). Kemudian, pesan
ditransmisikan ke sebuah penerima melalui berbagai media, seperti pertunjukan televisi,
penawaran via pos, billboard, atau majalah. Penerima atau konsumen, jika digiring ke suatu
promosi, harus men-dekoding atau menerjemahkan maknanya. Kemudian, konsumen dapat
mengambil tindakan, seperti pergi ke toko atau melakukan pembelian.
Dua tahapan model komunikasi sangat dibutuhkan, khususnya demi keberhasilan
penerapan strategi promosi. Tahapan pertama terjadi ketika pemasar menciptakan komunikasi
promosi untuk meng-enkoding suatu makna. Tahap kedua adalah pen-dekoding-an, yaitu
konsumen masuk dan memahami informasi dalam komunikasi promosi dan mengembangkan
interpretasi pribadi mereka terhadap makna yang ditangkap.
 
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain riset deskriftif untuk menjelaskan efektifitas iklan
Perusahaan Percetakan dan Penerbitan PT Rambang Palembang terhadap upaya meningkatkan
volume penjualan di Perusahaan ini.
3.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Sampling
Klasifikasi pelanggan yang datang ke PT Rambang dikelompokkan berdasarkan ciri
dan karakteristik tertentu seperti pelajar/ mahasiswa, ibu rumah tangga, wiraswasta, Instansi
swasta dan BUMN serta pelanggan instansi pemerintahan. Hal itu disebabkan karena tiap- tiap
kelompok tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik dari tuntutan pelayanan
maupun tuntutan administrasi lainnya.
Oleh karena itu metode penarikan sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah convenient sampling. 300 responden diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan
kemudahan untuk mendapatkannya ( Husein Umar, 2003 : 137 ).
Sampel (n) ditentukan sebanyak 100 konsumen yang datang ke PT Rambang dalam
kurang waktu satu bulan diambil secara acak karena menurut likert (1997:177) sampel diambil
paling sedikit 30,50,75,100 atau kelipatannya.
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas iklan yang selama ini telah
dilakukan PT. Percetakan dan Penerbit Rambang. Indikator variabel yang akan diukur adalah
empati, persuasi, dampak dan komunikasi.
Tindakan yang digunakan dalam analisis dimana efektifitas iklan diukur dengan
tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya oleh PT Rambang dan indikatorindikator
yang dipakai dalam penelitian ini adalah : empati, persuasi, dampak dan komunikasi
(Empathy, Persuation, Impact dan Comunication – EPIC) dengan parameter riset EPIC :
_ Empathy ( Empati )
_ Persuation ( Persuasi )
_ Impact ( Dampak )
_ Comunication ( Komunikasi )
 
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Ulasan tentang efektifitas iklan pada perusahaan percetakan dan penerbitan PT
Rambang dengan menggunakan metode EPIC model akan diperjelas dengan riset yang
dilaksanakan dalam kurun waktu tiga (3) bulan, Responden adalah pelanggan PT Rambang
yang sudah pernah melihat iklan PT Rambang yang berdomisili di kota Palembang dan
sekitarnya Riset menggunakan pendekatan survei. Data diambil sejak pertengahan bulan
Desember 2004 sampai dengan bulan februari 2005 dengan menggunakan kuesioner. Teknik
sampling yang digunakan adalah convenient sampling. 300 responden diambil berdasarkan
ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Penelitian mengenai aktivitas
iklan PT Rambang dengan EPIC model dilakukan untuk mengukur efektifitas iklan tersebut
terhadap dampak komunikasi.
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui tingkat empathy, tingkat persuasi, tingkat
impact dan tingkat comunication. Dalam penelitian ini digunakan skala Likert. EPIC model
dari AC Nielsen juga akan dipakai untuk menghitung efektivitas pembelanjaan dana iklan
dengan pendekatan rasio perbandingan pangsa pikiran (mind share) yang diperoleh PT
Rambang pada iklannya.
Penggalian terhadap responden diperoleh dari jawaban mereka terhadap daftar
pertanyaan yang menyangkut profil responden maupun atribut-atribut yang berkaitan dengan
EPIC model.
  
Kesimpulan
Efektifitas iklan dari keempat faktor EPIC tersebut dinyatakan efektif karena
berdasarkan analisaa dan pembahasan pada bab sebelumnya didapatkan hasil perhitungan dari
masing-masing variabel berturut-turut adalah 3,558, 2,395, 3,570, dan 3,870. Ternyata Faktor
Communication menjadi faktor yang paling dominan diantara faktor lainnya. Perusahaan
dapat lebih menekankan pada peningkatan dan mempertahankan faktor dominan ini dalam
upaya mempertahankan efektifitas iklan.
Analisis regresi yang dilakukan terhadap variabel Biaya promosi sebagai variabel
independen/bebas dan Volume Penjualan sebagai variabel dependen/terikat juga menunjukkan
efektifitas kegiatan promosi yang dilakukan secara signifikan. Hal ini terlihat dari analisis
korelasi, uji F, Uji T dan parameter regresi yang memberikan hasil yang signifikan terhadap
efektifitas kegiatan promosi terhadap peningkatan volume penjualan.
Saran
Untuk lebih dapat meningkatkan efektifitas iklan, sebaiknya PT Rambang tersebut
menyusun perancangan program periklanan yang efektif dalam upaya meningkatkan volume
penjualan.
Adapun langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang jelas dan mempengaaruhi khalayak untuk membeli. Dengan
catatan informasi atau fasilitas yang disajikan tersebut memang benar-benar ada dan
bagus. Menetapkaan tujuan periklanan yang lebih tepat, antara lain : melakukan iklan
persuasive.
b. Keputusan tersebut sangat mempengaruhi besar keacilnya anggaran iklan yang diperlukan.
Sebab kenaikan volume penjualan tersebut tidak terlalu tinggi dan banyaknyaa perusahaan
yang bergerak dibidang yang sama.
c. Keputusan mengenai pesan efektif haruslah menarik, spesifik, mudah dimengerti, singkat,
dapat dipercaya, sesuai dengan keinginan pembaca dan persuasive.
 

Sabtu, 19 Januari 2013

Perilaku Konsumen - karakteristik konsumen


Karakteristik dari Konsumen Indonesia (pada umumnya) dan Faktor yang Paling Mempengaruhi Perialaku Konsumen Indonesia

Karakteristik dari Konsumen Indonesia (pada umumnya)
Indonesia memilki lebih dari 220 juta penduduk dengan ratusan suku yang tersebar di berbagai pula .Sekalipun berbeda-beda suku dan bahasa,namun pasti ada kesamaan karakter,yang bisa dijadikan patokan bagi para marketer untuk menjalankan strategi marketing.10 karakter unik konsumen Indonesia bisa di jadikan referensi yang pas untuk itu.Namun Anda harus hati-hati menyelami karakter ini.
Karakter dari konsumen Indonesia itu antara lain :             
a.      Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
b.      Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).
c.       Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
d.      Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
e.      Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu konteks-konteks yg meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri
 Faktor yang Paling Mempengaruhi Perialaku Konsumen Indonesia
Perilaku pembelian konsumen sebenarnya di pengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dan paling luas dan paling dalam adalah faktor budaya.
Menurut Kolter, Philip, Keller, Kevin Lane factor yang mempengaruhi perilaku konsumen sebagai berikut :
     

Faktor budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku pembentuk paling dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya.
Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, suku, agama, ras, kelompok bagi para anggotanya. Ketika sub-budaya menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan akan sering merancang program pemasaran yang cermat disana.

 Faktor social
Selain faktor budaya, perilaku konsumen di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial. Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Keluarga meruapkan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok sosial yang ia tempati. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.

Faktor pribadi
Keputusan membeli juga di pengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, juga nilai dan gaya hidup pembeli.

Faktor Psikologi
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan pemasaran luar seperti ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental, mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran.



Sedangkan menurut James F. Engel – Roger D Blackwell-Paul W. Miniart dalam saladin terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
1.      Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
2.      Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
Sumber:

Kamis, 17 Januari 2013

Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN
            Costumer Innovationnes Definition
Customer innovation incorporates a number of emerging concepts and practices that help organisations address the challenge of growth in the age of the empowered and active customer (both business and consumer). It demands new approaches to innovation and strategy-making that emphasise rapid capability development, fast learning, ongoing experimentation and greater levels of collaboration in value-creation. Customer innovation impacts upon all the following activities, functions and disciplines: 
Marketing strategy and management
Brand strategy and management
Communications strategy
Customer experience design and delivery
Customer relationship management
Customer service design and quality management
Market-sensing and customer learning
Market and customer segmentation
Creativity and knowledge management including market research
Partner and customer collaboration
Organisational alignment and purpose (values, behaviour and beliefs)
Innovation strategy and management
Innovation valuation, measurement and prioritisation
Strategy-making
For me customer innovation is not only an important perspective on value-creation but a whole new strategy discipline that organisations must embrace if they are to pursue growth successfully in the future. Put another way, customer innovation impacts the fundamental means by which value is created and growth sustained.
One of the difficulties I encounter when explaining the concept is that the "Innovation" word is traditionally associated with products and technology. There is a section in The Only Sustainable Edge by Hagel and Seely Brown that eloquently defines Innovation from a much broader organisational and strategic perspective:
We underscore the importance of innovation but we use the term more broadly than do most executives. Executives usually think in terms of product innovation as in generating the next wave of products that will strengthen market position. But product-related change is only one part of the innovation challenge. Innovation must involve capabilities; while it can occur at the product and service level, it can also involve process innovation and even business model innovation, such as uniquely recombining resources, practices and processes to generate new revenue streams. For example, Wal-Mart reinvented the retail business model by deploying a big-box retail format using a sophisticated logistics network so that it could deliver goods to rural areas at lower prices.
Innovation can also vary in scope, ranging from reactive improvements to more fundamental breakthroughs... One of the biggest challenges executives face is to know when and how to leap in capability innovation and when to move rapidly along a more incremental path. Innovation, as we broadly construe it, will reshape the very nature of the firm and relationships across firms, leading to a very different business landscape.
Although Hagel and Seely Brown's book provides a great analysis of capability-building and new innovation mechanisms at the edge of organisations (through new dynamic forms of firm-firm collaboration) and specialisation, their discussion largely omits the customer-firm colloboration, open innovation perspective. But, from Hagel's most recent post and article in the Mckinsey Quarterly, this seems like it could be the subject of their next book! Here is a quote from the article:
Cocreation is a powerful engine for innovation: instead of limiting it to what companies can devise within their own borders, pull systems throw the process open to many diverse participants, whose input can take product and service offerings in unexpected directions that serve a much broader range of needs. Instant-messaging networks, for instance, were initially marketed to teens as a way to communicate more rapidly, but financial traders, among many other people, now use them to gain an edge in rapidly moving financial markets.

Example for consumer innovativeness :
For example, based on this research, Tellis, who has experience launching new products via his past service as a sales development manager at Johnson & Johnson, recommended that businesses employ a “waterfall strategy” (i.e., a country-to-country tiered release) versus a “sprinkler strategy” (all at one time) for new products, making sure to vary their approach depending on the country and product category.

Governments can apply this research when introducing new products, such as fuel-efficient cars, and services to their citizens. “This study tells them whom to target first in which regions,” Tellis said.

Management consultant firm A. T. Kearney funded the study’s data collection, while Don Murray, executive chairman of Resources Global Professionals, provided the annual grant to the USC Marshall Center for Global Innovation, which paid for the data analysis.



Compulsive Consumption :


O'Guinn & Faber (1989:148) defined compulsive consumption as “a response to an uncontrollable drive or desire to obtain, use or experience a feeling, substance or activity that leads an individual to repetitively engage in a behaviour that will ultimately cause harm to the individual and/or others.” Research has been carried out to provide a phenomenological description to determine whether compulsive buying is a part of compulsive consumption or not. The conclusion reached after analysing both qualitative and quantitative data stated that compulsive buying resembles many other compulsive consumption behaviours like compulsive gambling, kleptomania and eating disorders (O' Guinn & Faber, 1989:147). Hassay & Smith (1996) hold a similar view and refer to compulsive buying as a form of compulsive consumption as well. Besides personality traits, motivational factors also play a significant role in determining the similarities between compulsive buyers and normal consumers. According to O'Guinn & Faber (1989:150), if compulsive buying is similar to other compulsive behaviours it should be motivated by “alleviation of anxiety or tension through changes in arousal level or enhanced self-esteem, rather than the desire for material acquisition.” Hassay & Smith (1996) also agree with the above inference and concluded from their research that “compulsive buying is motivated by acquisition rather than accumulation.” 



Example Compulsive Consumption Consumer :

Examples include uncontrollable shopping, gambling, drug addition, alcoholism and various food and eating disorders. It is distinctively different from impulsive buying which is a temporary phase and centers on a specific product at a particular moment. In contrast compulsive buying is enduring behaviour that centers on the process of buying, not the purchases themselves.


Consumer ethnocentrism :

is derived from the more general
 psychological concept of ethnocentrism.

Basically, ethnocentric individuals tend to view their group as superior to others. As such, they view other groups from the perspective of their own, and reject those that are different and accept those that are similar (Netemeyer et al., 1991; Shimp & Sharma, 1987). This, in turn, derives from earlier sociological theories of in-groups and out-groups (Shimp & Sharma, 1987). Ethnocentrism, it is consistently found, is normal for an in-group to an out-group (Jones, 1997; Ryan & Bogart, 1997).
Consumer ethnocentrism specifically refers to ethnocentric views held by consumer in one country, the in-group, towards products from another country, the out-group (Shimp & Sharma, 1987). Consumers may believe that it is not appropriate, and possibly even immoral, to buy products from other countries.

Purchasing foreign products may be viewed as improper because it costs domestic jobs and hurts the economy. The purchase of foreign products may even be seen as simply unpatriotic (Klein, 2002; Netemeyer et al., 1991; Sharma, Shimp, & Shin, 1995; Shimp & Sharma, 1987).


Example for consumer ethnocentrism :
For example, according to Burton (2002) and Quellet (2007), consumers are concerned with their cultural, national and ethnic identities increasingly in more interconnected world. Some consumer researches determined that people make their purchasing decisions on information cues. Information cues can be intrinsic (e.g., product design) and extrinsic (e.g.,brand name, price)(Olson, 1977; Jacoby ,1972). But extrinsic cues are likely to be used in the absence of intrinsic cues or when their assessment is not possible(Jacoby, Olson and Haddock, 1971 ; Olson, 1977; Jacoby, 1972 ; Jacoby, Szybillo and Busato-Schach, 1977 ; Gerstner, 1985).

Also, according to some researches, it was thought that there is a relationship between attitudes toward foreign retailers’ products and some demographics characteristics such as gender, education, income and age.
When doing this research, it was aimed at determining consumer attitudes towards foreign retailers’ products. The research starts with a literature review which includes international retailing in Turkey, attitudes towards purchasing foreign retailers’ products (general review), effects of age and education level on attitudes, influence of consumer ethnocentrism on attitudes towards foreign retailers’ products respectively. Secondly, methodology part that has explanations about how this research was conducted, was presented. Then, findings which derived from questionnaire results and its SPSS analyses, are presented. At the last stage of the research, discussion, limitations and future researches are discussed.

Narasumber :